A. Sebab-Sebab
Rasulullah Hijrah
Setelah Nabi
Muhammad saw. berdakwah
secara terang-terangan, hantaman dan
siksaan dari kafir
Quraisy mulai meningkat.
Berbagai cara dilakukan
kafir Quraisy agar Nabi Muhammad
saw. tidak meneruskan dakwahnya.
Bertahun-tahun Nabi
Muhammad saw. menyerukan
Islam di Mekah,
tetapi hasilnya hanya sedikit yang mengikuti ajaran-Nya. Pada saat Nabi
Muhammad saw. membutuhkan dorongan dan motivasi dari orang-orang terdekatnya,
justru isterinya, Siti Khadijah dan
pamannya, Abu Thalib,
berpulang ke rahmatullah
dalam waktu yang hampir
bersamaan. Kehilangan kedua orang
tersebut merupakan masalah serius bagi Nabi Muhammad saw. dalam
menjalankan dakwah Islamiyah di Mekah. Peristiwa sangat menyedihkan ini kemudiaan
disebut tahun duka cita (amul huzni).
Di tengah
kesedihannya, Nabi Muhammad saw.
mengalami peristiwa luar biasa,
yaitu Isra’ Mi’raj.
Peristiwa itu terjadi setahun sebelum
Hijrah ke Madinah, tepatnya
27 Rajab 621 M.
Pada peristiwa itu
AllahSwt. memperlihatkan tanda-tanda keagungan dan
kekuasaan-Nya sebagai
penghibur bagi Nabi Muhammad
saw. yang sedang dirundung kesedihan. Peristiwa ini
memberikan pelajaran yang sangat berharga kepada Nabi Muhammad saw. Pada peristiwa
tersebut, Nabi Muhammad saw. menerima perintah shalat 5 waktu dalam sehari semalam.
Setelah
Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad
saw. meneruskan dakwahnya
dan mengabarkan peristiwa yang dialaminya. Kabar itu membuat kafir Quraisymenganggap
Nabi Muhammad saw. telah melakukan
pembohongan. Usaha-usaha
pembunuhan terhadap Nabi Muhammad saw. dan pengikutnya terus digalakkan.Setelah Allah
Swt. menyuruhnya untuk
hijrah, maka Nabi Muhammad
saw. pun melaksanakan Hijrah ke
Madinah.
B. Berita
Gembira dari Kota Yasrib
Awalnya,
pada tahun 620 M Nabi Muhammad saw. bertemu 6 orang Yasrib dari Kabilah
Khazraj yang berziarah
ke Mekah. Dalam
pertemuan tersebut, Nabi Muhammad saw. mengajak mereka untuk
masuk Islam. Mereka menyambut dengan baik ajakan itu dan menyatakan masuk
Islam. Mereka pula yang memberitahukan tentang Islam kepada masyarakat Yasrib lainnya.
Pada tahun
621 M, seorang
muslim Yasrib beserta
6 orang teman
yang lain sebagai utusan
Kabilah Khazraj dan
Aus mendatangi Nabi
Muhammad saw. Keenam orang
tersebut masuk Islam
dan melakukan perjanjian
di tempat yang bernama
Aqabah. Isi perjanjiannya: “Kami
tidak akan mempersekutukan AllahSwt. dengan sesuatu yang lain. Kami
tidak akan mencuri, berzina, dan membunuh anak-anak. Kami
tidak akan saling
memfitnah dan kami
tidak akan mendurhakai Nabi Muhammad saw.
Selanjutnya, pada
622 M, orang-orang
Yasrib datang lagi
dengan maksud mengadakan perjanjian
Aqabah 2 sekaligus
mengundang Nabi Muhammad saw. untuk berhijrah ke Yasrib. Perjanjian
Aqabah 2, diikuti 75 orang Yasrib dan Nabi Muhammad saw. yang didampingi
pamannya, Hamzah. Isi perjanjian sama dengan yang sebelumnya, tetapi jumlah
peserta yang memeluk agama Islam semakin banyak. Dalam dua kali perjanjian yang
terjadi, Nabi Muhammad saw. mendapatkan pesan bahwa Islam telah siap berkembang
pesat di Yasrib. Kenyataan ini membuat Nabi Muhammad saw. memerintahkan para
pengikutnya untuk hijrah ke Yasrib dengan sembunyi-sembunyi. Sementara Nabi
Muhammad saw. bertahan di Mekah bersama Abu Bakar dan Ali bin Abi Thalib.
Rencana hijrah
Nabi Muhammadsaw. didengar oleh
kafir Quraisy. Kaum Quraisy pun akhirnya
merencanakan pembunuhan terhadap Nabi Muhammad saw.Kafir Quraisy
khawatir Islam akan berkembang di Yasrib. Mereka menyuruh para pemuda
untuk mengepung rumah Nabi Muhammad saw. karena khawatir akan lari.
Pada malam itu
pula. Nabi Muhammad saw.
membisikkan kepada Ali bin Abi
Thalib supaya memakai selimut beliau dan berbaring di tempat tidurnya. Atas
izin Allah Nabi Muhammad saw. berhasil keluar dari rumahnya dengan selamat.
Tidak lama
setelah Nabi Muhammad
saw. meninggalkan rumahnya, para pemuda
terbangun dan masuk
ke rumah beliau
dengan penuh nafsu untuk
membunuh. Akan tetapi,
mereka hanya mendapatkan
Ali bin Abi Thalib
yang sedang tidur.
Mereka kecewa dan tidak percaya
dengan segala hal yang
terjadi. Hal ini
terjadi hanya karena
pertolongan Allah Swt.
C. Perjalanan
Hijrah Rasulullah Saw.
Menjelang
larut malam, Nabi Muhammad saw. menuju ke rumah Abu Bakar dan mengajaknya
hijrah. Kedua orang itu kemudian keluar dari jendela pintu belakang dan terus
bertolak ke arah selatan menuju Gua tsur. Jalan yang ditempuh oleh mereka
adalah jalan yang tidak mungkin dilewati manusia. Hal ini dilakukan supaya para
pemuda Quraisy yang mengejar tidak menyangka mereka melalui jalan itu.
Dalam
perjalanannya, mereka berdua sempat bersembunyi di Gua tsur selama tiga hari
tiga malam. Tidak ada seorang pun yang mengetahui tempat persembunyian itu
selain Abdullah bin Abu Bakar, kedua orang puterinya, Aisyah dan Asma, dan pembantu mereka
‘Amir bin Fuhaira.
Tugas Abdullah adalah
mencari informasi tentang rencana
kafir Quraisy terhadap Nabi Muhammad saw. Pada malam hari ia menyampaikan
informasi tersebut kepada Nabi Muhammad saw. beserta ayahnya.
Pada
hari ketiga, mereka berdua sudah mengetahui bahwa situasi sudah tenang,
mereka berangkat dan
melanjutkan perjalanan dengan
perbekalan yang diberikan oleh putrinya.
Supaya aman dalam
perjalanan, Nabi Muhammad
saw. dan Abu Bakar
mengambil jalan yang
tidak pernah dilalui
manusia. Abdullah bin
Uraiqit dari Banu Du’il diminta sebagai penunjuk jalan. Keduanya membawa
NabiMuhammad saw. dan Abu Bakar dengan hati-hati sekali ke arah selatan
kemudian menuju Tihama di dekat pantai Laut Merah.
Nabi
Muhammad saw. dan Abu Bakar beserta penunjuk jalannya itu sepanjang malam dan
siang berada di atas kendaraan. Tidak lagi mereka pedulikan kesulitan dan rasa
lelah. Mereka hanya percaya bahwa Allah Swt.
akan menolong mereka.
Orang
Quraisy mengadakan sayembara, siapa saja yang dapat membawa Nabi
Muhammad saw, hidup
atau mati, hadiah besar dan jabatan tinggi menantinya. Hal ini menarik hati
masyarakat pada waktu itu, termasuk Suraqa bin Malik yang sudah mengetahui
perjalanan Nabi Muhammad saw. dan Abu Bakar. Tidak lama kemudian Suraqa bin
Malik mendatangi tempat yang
dimaksud dan dia menemukan
Nabi Muhammadsaw. beserta
kedua temannya yang sedang
beristirahat di sebuah batu besar sambil
menyantap bekal yang diberikan oleh Asma, putri Abu Bakar.
Setiap
kali Suraqa bin Malik mendekati
rombongan Nabi Muhammad saw.
kudanya selalu tersungkur. Hal itu
berulang sampai empat kali.
Suraqa yang percaya
kepada dewa berpikir
bahwa itu adalah pertanda buruk sehingga dia mengurungkan niatnya dan kembali
ke Mekah.
Selama tujuh
hari terus-menerus mereka
berjalan. Mereka hanya
beristirahat di bawah panas membara musim kemarau dan berjalan lagi
sepanjang malam mengarungi lautan padang
pasir. Hanya karena
adanya ketenangan hati
kepada Allah Swt. membuat hati
dan perasaan mereka
terasa lebih aman.
Mereka selalu yakin bahwa Allah
Swt. akan selalu bersama mereka.
Di
tengah perjalanan menuju Madinah, Rasulullah saw. singgah di Quba’, sebuah desa
yang terletak dua mil di selatan Madinah. Di sana beliau membangun sebuah
masjid. Masjid ini
menjadi masjid pertama
dalam sejarah Islam.
Beliau singgah di sana
selama empat hari
untuk selanjutnya meneruskan
perjalanan ke Madinah. Pada hari Jumat pagi, beliau
berangkat dari Quba’ dan tiba di perkampungan Bani Salim bin Auf tepat pada
waktu shalat Jumat. shalat-lah beliau di sana. Inilah shalatJumat pertama dalam
Islam. Khotbahnya pun merupakan khotbah
yang petama.
Nabi Muhammad
saw. dan Abu
Bakar tiba di
Madinah pada tanggal
12 Rabiul Awal. Kedatangan
beliau telah dinanti-nanti
masyarakat Madinah. Pada hari kedatangan Nabi Muhammad saw. dan
Abu Bakar, masyarakat Madinah sudah menunggu di jalan yang akan dilalui Nabi
Muhammad saw., lengkap dengan regu genderang.
Mereka mengelu-elukan Nabi Muhammad
saw. dan genderang pun gemuruh
diselingi nyanyian yang
sengaja digubah untuk
keperluan penyambutan itu. “Bulan
purnama telah muncul di tengah-tengah kita, dari celah-celah bebukitan. Wajiblah kita
bersyukur atas ajakannya
kepada Allah Swt.
Wahai orang yang dibangkitkan untuk kami, kau datang
membawa sesuatu yang wajib ditaati.” Itulah syair penyambutan Nabi Muhammad
saw. di Madinah.
D. Dakwah
Nabi Muhammad Saw. di Madinah
Setelah
sampai di Madinah, Nabi Muhammad saw.
mulai membuat program
kerja dan melaksanakannya seperti
yaitu membangun masjid, mempersaudarakan
antara Muhajirin dan Anshar, dan membuat perjanjian dengan penduduk
Madinah.
Langkah pertama,
membangun masjid. Pembangunan masjid segera dimulai dan seluruh umat
Islam ikut ambil
bagian sehingga berdiri
sebuah masjid berdinding bata, berkayu batang kurma, dan
beratap daun kurma. Masjid yang dibangun
Rasulullah saw. bersama-sama
kaum Muhajirin dan Anshar tidak hanya berfungsi untuk shalat
semata, akan tetapi untuk seluruh kegiatan Nabi di Madinah. Di antara fungsi
masjid pada zaman Nabi adalah sebagai tempat mempersatukan umat, bermusyawarah
tentang perkembangan Islam, mengkaji ilmu agama, bahkan sebagai pusat
pemerintahan setelah Rasulullah dipilih s ebagai pemimpin di Madinah.
Seluruh aktivitas
masyarakat Madinah
dipusatkan di masjid. Itulah fungsi masjid yang sebenarnya
sudah dibangun oleh Rasulullah saw. Bagaimana dengan masjid sekarang ? Apakah hanya
berfungsi sebagai tempat shalat
belaka ? Kalian harus bisa memfungsikan masjid di tempat
tinggal kalian, termasuk
masjid sekolah sebagaimana fungsi
masjid pada zaman Nabi Muhammad saw.
Langkah berikut
Nabi Muhammad saw.
adalah mempersaudarakan antara
orang-orang Muhajirin dengan
Anshar. Muhajirin adalah orang yang
hijrah dari
Mekah ke
Madinah, sedangkan Anshar
adalah orang Madinah
yang menyambut kedatangan kaum Muhajirin. Setiap
orang Anshar mengakui orang
Muhajirinsebagai saudaranya sendiri. Mereka mempersilakan saudaranya tinggal di
rumah dan memanfaatkan segala fasilitas yang ada di rumah tersebut. Di antara
para sahabat yang dipersaudarakan adalah:
No.
|
Muhajirin
|
Anshar
|
1.
|
Abu Bakar
|
Kharijah bin
Zuhair
|
2.
|
Umar bin Khathab
|
Itban bin Malik
|
3.
|
Bilal bin
Rabah
|
Abu Ruwaihah
|
4.
|
Amir bin Abdillah
|
Sa’ad bin Muadz
|
5.
|
Abdul Rahman bin Auf
|
Sa’ad bin
Rabi’
|
6.
|
Zubair bin Awwam
|
Salamah bin Salamah
|
7.
|
Usman bin Affan
|
Aus bin Tsabit
|
8.
|
Thalhah bin Ubaidillah
|
Ka’ab bin Malik
|
9.
|
Abu Huzaifah bin Utbah
|
Ubbah bin
Bisyr
|
10.
|
Ammar bin Yasir
|
Huzaifah bin Al Yaman
|
Langkah
ini mendapat simpati
seluruh lapisan masyarakat
Madinah. Orang-orang Muhajirin merasa
nyaman dan tenteram,
meskipun bukan tinggal
di rumah sendiri. Mereka
melakukan kegiatan dan interaksi dengan penduduk Madinah dan saling menolong
sehingga suasana Madinah menjadi indah dan menyenangkan.
Selanjutnya, Nabi
Muhammad saw. merumuskan piagam
yang berlaku bagi seluruh
kaum muslimin dan
orang-orang nonmuslim di
Madinah, yang kemudian disebut “Piagam Madinah”.
Adapun isi piagam Madinah antara lain:
1. Kaum Yahudi bersama kaum muslimin wajib turut
serta dalam peperangan.
2. Kaum Yahudi dari Bani Auf diperlakukan sama kaum muslimin.
3. Kaum
Yahudi tetap dengan
Agama Yahudi mereka,
dan demikian pula dengan kaum muslimin.
4. Semua kaum Yahudi dari semua suku dan kabilah
di Madinah diberlakukan sama dengan kaum Yahudi Bani Auf.
5. Kaum Yahudi dan muslimin harus saling tolong menolong dalam memerangi atau
menhadapi musuh.
6.
Kaum Yahudi dan muslimin harus senantiasa saling berbuat kebajikan dan saling
mengingatkan ketika terjadi penganiayaan atau kedhaliman.
7. Kota Madinah dipertahankan bersama dari serangan
pihak luar.
8. Semua penduduk Madinah dijamin keselamatanya
kecuali bagi yang berbuat jahat.
Perlu diketahui,
bahwa di Madinah
tidak hanya orang-orang
Islam saja yang tinggal, tetapi
di sana terdapat pula orang-orang nonmuslim. Agar terjadi hubungan yang
harmonis, saling menghormati, toleransi, dan menjaga lingkungan di Madinah,
maka harus ada kesepakatan bersama. Piagam inilah yang oleh Ibnu Hisyam disebut
sebagai undang-undang dasar negara dan pemerintahan Islam yang pertama. Isinya
mencakup, antara lain,
perikemanusiaan, keadilan sosial,
toleransi beragama, dan gotong royong.
Dengan
program-program cerdas yang dilakukan Nabi Muhammad saw., Madinah menjadi
daerah yang sangat maju baik peradaban maupun kebudayaannya sehingga terkenalah
dengan sebutan al-Madinah al-Munawarah (kota yang bercahaya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar